Teori John Rupert Firth

Teori John Rupert Firth
Teori John Rupert Firth

John Rupert Firth (1890-1960) adalah seorang linguis Inggris yang pada tahun 1944 mendirikan sekolah linguistik deskriptif di London. Menurut Firth dalam kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori Firth ada konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari konteks-konteks ini. Tiap-tiap konteks mempunyai peranan sebagai lingkungan untuk unsur-unsur atau unit-unit tiap tingkat bahasa itu. Susunan dari konteks-konteks ini membentuk satu keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang penuh arti. Maksudnya, tiap-tiap unsur pada tiap tingkatan mempunyai arti yang dapat dibedakan dan dianalisis.

Menurut Firth struktur bahasa itu terdiri dari lima tingkatan yaitu tingkatan fonetik, leksikon, morfologi, sintaksis, dan semantik. Yang menjadi unsur dalam tingkatan fonetik adalah fonem, yang menjadi unsur dalam tingkatan morfologi adalah morfem, yang menjadi unsur dalam tingkatan sintaksis adalah kategori-kategori sintaksis; dan yang menjadi unsur dalam tingkatan semantik adalah kategori-kategori semantik. Firth lebih memusatkan perhatian pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik. Sedangkan tingkatan lain kurang diperhatikan.

Fonem dapat dikaji dalam hubungannya dengan kata. Konteks fonologi terbatas pada bunyi-bunyi “dalam” yang terdapat pada kata. Bentuk yang meragukan pada satu tingkat, tidak selalu meragukan pada tingkatan lain.

Misalnya, bentuk /kèpala] dalam bahasa Indonesia. Pada tingkatan fonetik bentuk ini meragukan sebab ada beberapa makna kata kepala dalam bahasa Indonesia. Untuk menjelaskan, kita dapat beranjak ketingkatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan morfologi atau sintaksis atau semantik. Dalam konteks morfologi bentuk kepala kantor ataupun keras kepala tidak meragukan lagi.

Arti atau makna menurut teori Firth adalah hubungan antara satu unsur pada satu tingkatan dengan konteks unsur itu pada tingkatan yang sama. Jadi, arti tiap kalimat terdiri dari lima dimensi, yaitu berikut ini.

1.        Hubungan tiap fonem dengan konteks fonetiknya (hubungan fonem satu sama lain dalam kata).
2.        Hubungan kata-kata satu sama lain dalam kalimat.
3.        Hubungan morfem pada satu kata dengan morfem yang sama pada kata lain, clan hubungannya dengan kata itu.
4.        Jenis kalimat clan bagaimana kalimat itu digolongkan.
5.        Hubungan kalimat dengan konteks situasi.

Ada dua jenis perkembangan dalam ilmu linguistik yang selalu dikaitkan dengan Firth, Yaitu (a) teori konteks situasi untuk menentukan arti, (b) analisis prosodi dalam fonologi. Teori konteks situasi ini menjadi dasar teori linguistik Firth; beliau menolak setiap usaha untuk memisahkan bahasa dari konteksnya dalam kehidupan manusia dan budaya. Firth menekankan bahwa makna merupakan jantung dari pengkajian bahasa. Semua analisis linguistik dan pernyataan-pernyataan tentang linguistik haruslah merupakan analisis dan pernyataan mengenai makna. Dalam hal ini beliau memperkenalkan dua kolokasi untuk menerangkan arti, yaitu arti gramatikal clan arti fonologis.

Arti Gramatikal adalah peranan dari unsur-unsur tata bahasa di dalam konteks gramatikal dari yang mendahului dan mengikuti unsur-unsur itu di dalam kata atau konstruksi (gagasan) dan dari unsur-unsur tata bahasa yang bersamaan di dalam paradigma-paradigma. Jadi, arti menurut kolokasi adalah abstraksi sintagmatik. Umpama dalam kalimat bahasa Inggris “She liked me”. Arti gramatikal liked adalah peranan atau hubungannya dengan she dan me; dan juga hubungannya dengan like dan likes pada tingkatan paradigmatik.

Arti fonologi adalah peranan atau hubungan dari unsur-unsur fonologi di dalam konteks fonologi dari struktur suku-kata dan unsur-unsur lain yang bersamaan secara paradigmatik yang dapat berperanan dalam konteks yang serupa.

Salah satu dimensi arti dari lima dimensi seperti yang disebutkan di atas adalah dimensi hubungan kata-kata; hal ini tidak boleh dipisahkan dari konteks situasi dan budaya. Arti satu tergantung dari kolokasi yang mungkin dari kata itu. Umpamanya, salah satu arti kata malam adalah kolokasinya dengan gelap, dan sebaliknya gelap berkolokasi dengan malam. Jadi, jelas arti sebuah kata ditentukan oleh konteks linguistiknya.

Sebagai linguis Firth dikenal juga sebagal tokoh analisis prosodi atau fonologi prosodi. Menurut Firth analisis prosodi dapat digunakan untuk menganalisis bahasa dan membuat pernyataan-pernyataan yang sistematis dari analisis ini yang didasarkan pada penelitian yang mendalam terhadap data bahasa serta menggunakan istilah-istilah dan kategori­kategori yang sesuai. Analisis prosodi ini menganggap ada dua jenis fonologi, yaitu berikut ini.

1.        Unit-unit fonematik yang terdiri dari konsonan-konsonan segmental dan unsur-unsur vokal yang merupakan maujud-maujud yang dapat saling menggantikan dalam bermacam-macam posisi pada suku kata Yang berlainan.

2.        Prosodi-prosodi yang terdiri dari fitur-fitur atau milik-milik struktur Yang lebih panjang dari satu segmen, baik berupa perpanjangan fonetik, maupun sebagai pembatasan struktur secara fonologi, seperti suku kata atau kata_ Prosodi-prosodi ini merupakan maujud yang menjadi ciri khas suku-suku kata secara keseluruhan, dan tidak dapat saling menggantikan_

Ke dalam perpanjangan fonetik ini termasuk semua fonem supra­segmental dari fitur-fitur seperti nasalisasi, glotalisasi, dan retrofleksi yang biasanya tidak diikutsertakan dalam analisis fonetik terutama analisis fonetik menurut linguistik struktural Amerika

Secara singkat bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosodi menurut teori Firth adalah struktur kata beserta ciri-ciri khas lagu kata itu sebagai sifat-sifat abstraksi tersendiri dalam keseluruhan fonologi bahasa itu. Jadi, yang termasuk ke dalam fitur-fitur prosodi satu kata adalah:

(1)     Jumlah suku kata;
(2)     Hakikat suku katanya: terbuka atau tertutup;
(3)     Kualitas suku-suku kata
(4)     Urutan suku-suku kata
(5)     Urutan bunyi-bunyi vokal;
(6)     Tempat, hakikat, dan kuantitas bunyi-bunyi penting,
(7)     Kualitas “gelap” atau “terang” dari suku-suku kata;
(8)     Ciri-ciri hakiki lagu suku kata dan juga potongan kalimat tempat kata itu terdapat.

(9)     Semua sifat yang menyangkut struktur suku kata, urutan suku kata, dan keharmonisan suku kata dalam kata, potongan kalimat, dan keseluruhan kalimat.