Teori Noam Chomsky

Teori Noam Chomsky
Teori Noam Chomsky

Noam Chomsky adalah linguis Amerika yang dengan teori tata bahasa generatif transformasinya dianggap telah membuat satu sejarah baru dalam psikolinguistik.

Dalam sejarah pertumbuhannya teori Chomsky ini dapat dibagi atas empat fase. Yaitu :
(1)     Fase generatif transformasi klasik yang bertumpu pada buku Syntactic Structure antara tahun 1957 – 1964.
(2)     Teori standar yang bertumpu pada buku Aspect of the Theory of Syntac antara tahun 1965-1966.
(3)     Fase teori standar yang diperluas antara tahun 1967-1972.
(4)     Fase sesudah teori standar yang diperluas antara 1973 sampai kini. seperti teori penguasaan dan ikatan (government and binding theory) yang berkembang sejak tahun delapan puluhan. Adanya fase-fase itu adalah karena adanya kritik, reaksi, dan saran dari berbagai pihak; dan lebih untuk menyempurnakan teori itu.

Menurut Chomsky untuk dapat menyusun tata bahasa dari suatu bahasa yang masih hidup (masih digunakan dan ada penuturnya) haruslah ada suatu teori umum mengenai apa yang membentuk tata bahasa itu. Teori umum itu adalah satu teori ilmiah yang disusun berdasarkan satu korpus ujaran yang dihasilkan oleh para bahasawan asli bahasa itu. Dengan korpus ujaran itu dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan umum atau kaidah-kaidah umum tata bahasa yang dapat digunakan untuk memprediksikan semua ujaran (kalimat) yang dapat dihasilkan oleh seorang penutur asli bahasa itu. Begitu pun teori ini harus bisa digunakan untuk menerangkan kalimat­kalimat baru yang bisa dihasilkan oleh seorang penutur pada satu kesempatan yang sesuai. Sedangkan penutur lain dapat memahaminya dengan segera, meskipun kalimat itu juga baru bagi mereka (Chomsky, 1969: 7).

Dalam hal ini bisa juga dikatakan kalau kita menguasai suatu bahasa dengan baik, karena kita menjadi penutur bahasa itu, maka kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat baru seperti disebutkan di atas yang jumlahnya tidak terbatas. Kalimat-kalimat baru yang jumlahnya tidak terbatas itu tidak mungkin dapat diperoleh dengan teori S – R (stimulus – respons)-nya kaum behaviorisme seperti yang dikemukakan oleh Bloomfield karena kita tidak mupgkin pernah mendengar kalimat-kalimat baru yang jumlahnya tidak terbatas.

Tampaknya teori linguistik Chomsky menyangkut adanya pasangan penutur-pendengar yang ideal di dalam sebuah masyarakat tutur yang betul-betul merata dan sama. Keduanya, penutur dan pendengar itu, harus mengetahui dan menguasai bahasanya dengan baik. Terjadinya suatu tindak tutur memerlukan adanya interaksi dari berbagai faktor. Dalam hal ini kompetensi atau kecakapan linguistik dari penutur-penutur yang menyokong terjadinya tuturan tadi, hanyalah merupakan satu faktor saja.

Sehubungan dengan hal di atas, Chomsky membedakan adanya kom­petensi (kecakapan linguistik) dan performansi (pelaksanaan atau perlakuan linguistik). Kompetensi adalah Pengetahuan penutur-pendengar mengenai bahasanya sedangkan Performansi adalah pelaksanaan berbahasa dalam bentuk menerbitkan kalimat-kalimat dalam keadaan yang nyata. Pada kenyataan yang sebenarnya perlu diingat bahwa pertuturan tidaklah betul-betul merupakan respons dari suatu kecakapan, misalnya jika terjadi kesalahan pada awal percakapan, penyimpangan, kaidah tata bahasa atau perubahan yang terjadi di tengah­-tengah percakapan.

Menurut Chomsky yang penting bagi seorang linguis adalah menelaah data-data penuturan (yang berupa kalimat-kalimat), kemudian menentukan sistem kaidah yang telah diterima atau dikuasai oleh penutur-pendengar dan yang dipakai dalam penuturan yang sebenarnya. Maka itu, menurut Chomsky teori linguistik itu bersifat mental karena teori ini mencoba menemukan satu realitas mental yang menyokong perilaku bahasa yang sebenarnya terjadi.

Kompetensi atau kecakapan adalah suatu proses generatif, dan bukan “gudang” yang berisi kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat seperti konsep langue dalam teori linguistik De Saussure. Kompetensi merupakan satu sistem kaidah atau rumus yang dapat kita sebut tata bahasa dari bahasa penutur itu. Maka kalau dibagankan proses perilaku berbahasa itu adalah sebagai berikut.

Bagan Perilaku Berbahasa

Tata bahasa suatu bahasa adalah uraian (deskripsi) kompetensi penutur-pendengar yang ideal; clan uraian ini harus mampu memberi uraian struktur tiap-tiap kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, serta dapat menjelaskan bagaimana kalimat-kalimat ini dipahami oleh penutur-pendengar yang ideal itu. Dilihat dari segi semantik tata bahasa suatu bahasa adalah satu sistem rumus atau kaidah yang menyatakan persamaan atau keterkaitan antara bunyi (bahasa) dan makna (bahasa) dalam bahasa itu. Dilihat dari segi daya kreativitas, tata bahasa adalah sebuah alat perancangan yang khusus menerangkan dengan jelas pembentukan kalimat-kalimat gramatikal (yang jumlahnya tidak terbatas) dan menjelaskan struktur setiap kalimat itu. Alat perancangan inilah yang diberi nama “tata bahasa generatif’ oleh Chomsky, untuk membedakan dari pernyataan deskriptif yang hanya menggunakan sekumpulan unsur yang muncul dalam uraian-uraian struktur yang konteksnya sangat beragam. Tata bahasa generatif sebagai alai perancangan ini merupakan satu sistem rumus yang tepat dan jelas yang dapat digunakan dalam gabungan baru yang belum pernah dicoba untuk membentuk kalimat-kalimat baru. Rumus-rumus ini dapat juga digunakan untuk menentukan struktur clan bentuk fonetik kalimat ini, dan menunjuk penafsiran-penafsiran semantik kalimat-kalimat baru (yang baru kita dengar), serta menolak urutan struktur yang bukan milik “bahasa itu” .

Dari uraian itu kita dapat juga menarik konsep Chomsky mengenai bahasa yakni bahasa adalah sejumlah kalimat, panjang setiap kalimat adalah terbatas dan dibina oleh sejumlah unsur yang terbatas. Bahasa itu sendiri merupakan perilaku yang diatur oleh rumus-rumus.

Menurut Chomsky perkembangan teori linguistik dan psikologi yang sangat penting dan perlu diingat dalam pengajaran bahasa adalah sebagai berikut.
1.        Aspek kreatif penggunaan bahasa.
2.        Keabstrakan lambang-lambang linguistik.
3.        Keuniversalan struktur dasar linguistik.
4.        Peranan organisasi intelek nurani (struktur-dalam) di dalam proses kognitif/mental.

Yang dimaksud dengan aspek kreatif adalah perilaku linguistik yang biasa, bebas dari rangsangan, bersifat mencipta dan inovatif. Tiap kalimat merupakan karya baru dari kompetensi, dan bukan hasil cungkilan oleh rangsangan. Ulangan dari frase-frase pendek jarang terjadi. Hanya dalam hal-hal yang istimewa saja konteks keadaan menentukan kalimat yang akan dikeluarkan. Misalnya, dalarn konteks perjumpaan di pagi hari melahirkan kalimat, “selamat pagi”. Andaikata ada kalimat yang serupa dengan kalimat yang sudah ada dalam korpus data, maka hat itu adalah karena kebetulan saja. Kalimat-kalimat yang baru itu masing-masing adalah kalimat baru yang kebetulan sama dengan kalimat lain. Kalimat-kalimat yang sama itu bukanlah hasil cungkilan rangsangan yang keluar sebagai tabiat atau kebiasaan dengan cara mekanis karena kalimat itu sudah pernah didengar dan dilatihkan dulu pada waktu mempelajari bahasa itu.

Seorang penutur bahasa-ibu suatu bahasa sudah menuranikan satu tata bahasa generatif secara tidak sadar; dan tanpa disadari dia telah menguasai segala “milik” tata bahasa itu. Jadi, tugas linguis adalah menemukan dan menerangkan “milik-milik” tata bahasa yang tidak disadarinya.

Yang dimaksud dengan keabstrakan lambang-lambang linguistik adalah bahwa rumus-rumus atau kaidah-kaidah yang menentukan bentuk­bentuk kalimat dan penafsiran artinya yang rumit bukan merupakan sesuatu yang konkret melainkan merupakan sesuatu yang abstrak. Struktur-struktur

yang telah dimanipulasi dihubungkan dengan fakta-fakta fisik dengan cara yang jauh sekali, baik dalam tataran fonologi, sintaksis, maupun semantik. Karena prinsip-prinsip yang bekerja dalam tata bahasa generatif transformasi ini, dan struktur-struktur yang dimanipulasinya tidak ada hubungan dengan fenomena-fenomena indra tertentu menurut hukum-hukum teori psikologi empiris maupun behavioris.

Yang dimaksud dengan keuniversalan linguistik dasar adalah prinsip­prinsip abstrak yang mendasari tata bahasa generatif transformasi ini; dan yang tidak dapat diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Oleh karena prinspi-prinsip ini bersifat abstrak dan tidak bisa diperoleh melalui peng­alaman dan latihan, maka berarti prinsip-prinsip ini bersifat universal. Jadi, prinsip-prinsip yang mendasari setiap tata bahasa generatif transformasi bersifat universal. Maka itu, menurut Chomsky masalah utarna linguistik adalah hal-hal yang universal dari linguistik itu.

Menurut Chomsky keuniversalan linguistik ini dimiliki manusia sejak lahir karena merupakan unsur atau struktur-struktur yang tidak terpisahkan dari manusia. Sernuanya bisa diterangkan berdasarkan peranan organisasi intelek nurani.


Masalah organisasi intelek nurani di dalam proses kognitif umumnya, dan di dalam pemerolehan bahasa khususnya, merupakan perkembangan baru yang sangat penting terutama dalam psikolinguistik. Prinsip-prinsip dasar organisasi linguistik adalah keuniversalan linguistik yang oleh Chomsky kemudian disebut tata bahasa universal. Tata bahasa merupakan satu sistem yang merupakan bagian dari organisasi intelek nurani yang bersifat universal. Tata bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemerolehan bahasa; dan peranan ini sama dengan peranan yang dimainkan tata bahasa generatif transformasi, misalnya, di dalarn pengenalan bentuk-bentuk fonetik sebuah kalimat karena rumus-rumus tata bahasa itu digunakan dalam analisis sintaksis kalimat itu untuk mengenal isyarat­isyarat fonetik itu. Di dalam teori linguistiknya, Chomsky membedakan adanya struktur­dalam (deep structure) dan struktur-luar (surface structure).